Identifikasi Biomarker Fraksi Aromatik Batubara Muara Wahau, Kalimantan Timur 2016

Basuki Rahmad, Komang Anggayana, Sri Widodo, Agus Haris Widayat

Abstract


The research location in Wahau Muara District, East Kutai Regency, East Kalimantan Province. Geological setting of Muara Wahau located in the Kutai Basin Upper included in the Early Miocene Formations Wahau. Coal of Muara Wahau has a unique characteristic that inertinite abundant content with an average value of 20.1% with a low maturity (immature) with Rv (random) 0.40 to 0.44 including lignite rank.

Coal samples taken from Seam-1 directly from drill core which drill hole GT-02. Intake of sample done by coring method with the preparation ply by ply based on lithotype appearance. Laboratory analysis of coal samples for organic geochemical analyzes conducted by Soxhlet extraction and then using column chromatography to obtain aromatic fractions.

Picene derivatives such as 1,2,4a, 9-tetramethyl-1,2,3,4,4a, 5,6,14b-octahydropicene dominate with the highest concentration of 6509 mg / g TOC than other pentacyclic compounds in the aromatic hydrocarbon fraction Muara Wahau coal.

The presence amyrin resulting from microbial degradation or the result of oxidative degradation in tropical climates and several derivatives amyrin typical of Muara Wahau coal one of which is a non-aromatic fraction hopanoid pentacyclic triterpenoids (picene) indicating Angiosperm plant origin. Picene presence implies that the formation of Muara Wahau coal still in the initial transformation during the first stage of diagenesis (early diagenetic) with the maturity level is low (immature).

 

Keywords: picene; amyrin; oxidative degradation; tropis; angiosperm; immature.

 

ABSTRAK

Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur. Tatanan geologi daerah Muara Wahau berada di Cekungan Kutai Bagian Atas termasuk dalam Formasi Wahau berumur Miosen Awal. Batubara Muara Wahau memiliki keunikan yang khas yaitu kandungan inertinite yang berlimpah  dengan nilai rata-rata 20,1% dengan kematangan yang rendah (immature) dengan Rv (random) 0,40-0,44 termasuk peringkat lignite.

Conto batubara diambil dari Seam-1 langsung dari inti bor yaitu lubang bor GT-02.  Pengambilan conto dilakukan dengan metode coring dengan preparasi ply by ply berdasarkan kenampakan lithotype. Analisa laboratorium conto batubara untuk analisis geokimia organik dilakukan dengan cara ekstraksi soxhlet kemudian menggunakan column chromatography untuk memperoleh fraksi aromatik.

Turunan picene seperti 1,2,4a,9-tetramethyl-1,2,3,4,4a,5,6,14b-octahydropicene mendominasi dengan konsentrasi paling tinggi 6509 µg/g TOC dibanding senyawa-senyawa pentasiklik lainnya dalam fraksi hidrokarbon aromatik batubara Muara Wahau.

Kehadiran amyrin yang dihasilkan dari microbial degradation atau akibat dari oxidative degradation di iklim tropis dan beberapa turunan amyrin yang khas dari batubara Muara Wahau salah satunya adalah fraksi aromatik non-hopanoid pentacyclic triterpenoid (picene) yang mengindikasikan tumbuhan asal angiosperm. Kehadiran picene mengimplikasikan bahwa pembentukan batubara Muara Wahau masih dalam transformasi awal selama tahap pertama diagenesis (early diagenetic) dengan tingkat kematangan yang masih rendah (immature).

 

Kata kunci: picene; amyrin; oxidative degradation; tropis; angiosperm; immature.


Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
Jurnal Ilmu Kebumian Teknologi Mineral (JIK TekMin) is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

 

Visitor Statistics