PERUBAHAN KETINGGIAN MUKA AIR LAUT DAN IKLIM PURBA BERDASARKAN ANALISIS MIKROPALEONTOLOGI PADA SATUAN BATUGAMPING FORMASI JAYAPURA DAERAH JAYAPURA DAN SEKITARNYA KOTA JAYAPURA PROVINSI PAPUA

Angelina Majesty Randa, Conrad Danisworo, Achmad Subandrio

Abstract


Daerah Jayapura memiliki jenis batuan yang sangat kompleks, salah satunya yaitu batuan sedimen dengan komposisi kimia karbonat yang cakupan wilayahnya cukup luas. Penelitian lebih berfokus pada satuan batugamping Formasi Jayapura (Qpj). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perubahan ketinggian muka air laut, dan lingkungan pengendapan serta iklim purba yang terjadi saat pembentukan satuan batugamping yang berumur Kuarter (Plio – Plistosen). Penelitian dilakukan dengan metode pemetaan (mapping), pengukuran stratigrafi detail (measured section), analisis petrografi dan mikropaleontologi. Selanjutnya dilakukan pengamatan pada fosil foraminifera untuk menentukan umur dan lingkungan pengendapannya. Penentuan perubahan muka air laut dan lingkungan pengendapan ini menggunakan identifikasi foraminifera bentonik pada 5 sampel batuan. Hasil identifikasi dari foraminifera bentonik menunjukkan selama pembentukan satuan batugamping Kuarter terjadi beberapa kali perubahan muka air laut dan lingkungan pengendapan, dimulai pada saat pembentukan berada pada Neritik Tepi (0 – 100 meter) hingga pengendapan berakhir pada lingkungan pengendapan Neritik Luar (100 – 200 meter). Dilakukan pula identifikasi fosil foraminifera planktonik dan nannoplankton, untuk menentukan umur tiaptiap lapisan batuan. Hasil identifikasi foraminifera planktonik dan nannoplankton menunjukkan umur satuan batuan berada pada Pliosen–Plistosen (N.19–N.23). Foraminifera planktonik ini juga digunakan sebagai indikator suhu pada saat pembentukan batuan. Hasil interpretasi diketahui bahwa pada saat pengendapan satuan batugamping Kuarter ini terjadi beberapa kali perubahan suhu mulai dari hangat hingga dingin sedang, maka dapat pula diketahui iklim purba pada saat pembentukan satuan batugamping Kuarter terjadi perubahan iklim dari iklim tropis sampai iklim transisi.

Kata-kata Kunci : Perubahan muka air laut, lingkungan pengendapan, suhu, iklim, dan foraminifera.


References


Anderson, O. Roger. 1988. Comparative Protozoology: Ecologi, Physiology, Life History. USA: Columbia University.

Aubry, P., M., 1984 : Handbook of Cenozoic Calcareous Nannoplankton Book 1 : Ortholithe (Discoaster), Micropaleontology Press, The American Museum of Natural History, New York.

Bandy,O.L., 1967, Foraminifera Indices In Paleocology, Esso Production Research Company, Houston, Texas.

Bauman,P.,1971, Summaries of Lectures In Larger Foraminifera, LEMIGAS, Dept. of Geology, Jakarta.

Boggs, S.J.R,. 1995, Principle Of Sedimentology and Stratigraphy Fourth Edition, Prentice Hall, New Jearsey.

Boltovskoy, E. and Wright, R. 1976. Recent Foraminifera. Dr. W. Junk b.v. Publisher. The Haque. Buenos Aires.

Bowen, D.Q., 1978 : Quaternary Geology. A Stratigraphic Framework for Multidisciplinary Work. Pergamon Press.

Cushman, J. A., 1983, An Illustrated Key to the Genera of the Foraminifera, Sharon, Massachusetts, U.S.A.

Danisworo, C., Subandrio, A., Ngaderman, T., 2015 : Paleoclimate Change Based on Stratigraphic Sequence Model, Mawesday Area, Sarmi Distric, Papua (Perubahan Iklim Purba Berdasarkan Model Sekuen Stratigrafi, Daerah Mawesday, Kabupaten Sarmi, Papua). Presented in the Regional Geoheritage Conference, Langkawi, Malaysia.

Dow, D.B., Robinson, G. P., Hartono, U., and Ratman, N., 1988, Geology of Irian Jaya : Irian Jaya Geological Mapping Project, Geological Research and Development Center, Indonesia, in cooperation with the Bureau of Mineral Resources, Australia.

Dow, D.B., dan Sukamto, R., 1984, Western Irian Jaya: the end-product ofoblique plate convergence in the Late Tertiary, Tectonophysics, 106, p.109-139.

Hall, R., 2001. Tectonophysics, Journal of Departement of Earth Sciences, vol.570-571, p.1-41, Royal Halloway Uneversity Press, London.

Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian region_United States Geological Survey Professional Paper No. 1078, United Stated Geological Survey, Denver.

Harahap, B. H., 2012. Tectonostratigraphy of the Southern Part of Papua and Arafura Sea, Eastern Indonesia. Indonesian Journal of Geology, Vol. 7 No. 3. hal 167-187

Kapid, R., 2003. Nannofosil Gampingan : Pengenalan dan Aplikasi Biostratigrafi. ITB, Bandung

Postuma, J. A., 1971, Manual of Planktonic Foraminifera, Elsevier Publishing Company, Amsterdam, Netherlands.

Selley, R.C. 1985. Ancient Sedimentary Environment. Cornell University Press. Ithaca. New York. 317.

Setijadi, R., Widagdo, A., Suedy, S. W. A., 2011. Metode Bioprediksi Perubahan Iklim Menggunakan Fosil Polen dan Spora pada Kala Pliosen di Daerah Banyumas. Jurnal Dinamika Rekayasa Vol. 7 No. 1 Februari 2011. Hal 14-16.

Smith, R.I., 1990. Tertiary Plate Tectonic Setting and Evolution of Papua New Guinea. Petroleum Exploration in Papua New Guinea. Port Moresby. Proceedings of 1st PNG Petroleum Convention, p.229-244.

Soekardi, M. 1991. Geologi Kuarter. Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sukandarrumidi. 2008. Paleontologi Aplikasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Suwarna, N., dan Noya,Y., 1995, Peta Geologi Lembar Jayapura (Peg. Cycloops), Irian Jaya skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (PPPG), Bandung.

Tipsword, H.L. 1966. Interpretation of Depositional Environment in Gulf Coast Petroleum Exploration From Paleoecology and Related Stratigraphy. Transaction-Gulf Coast Association of Geological Societes, vol XVI. h Houston.




DOI: https://doi.org/10.31315/jigp.v8i1.9608

DOI (PDF (Bahasa Indonesia)): https://doi.org/10.31315/jigp.v8i1.9608.g5354

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA