FASIES BATUBARA BERDASARKAN KANDUNGAN MASERAL PADA FORMASI MUARA ENIM DI KABUPATEN BATANG HARI PROVINSI JAMBI

Andrew Berryl Brand Zadrach Rumbewas

Abstract


Lokasi penelitian secara administratif terletak di Desa Padang Klopo Kecamatan Muara Tambesi Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi, sedangkan secara astronomi daerah penelitian berada pada 103º 06’ 48,06”- 103º 06’ 59,00”BT dan -1º 46’ 30,00”- -1º 48’ 15,00”LS. Studi penentuan fasies batubara Formasi Muara Enim pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan metode petrografi batubara. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data empirik dan data analitik. Data empirik adalah dengan melakukan pendekatan data lapangan meliputi pengamatan lapangan, kondisi geologi lokal dan geologi regional, dan pengambilan conto batuan (batubara), sedangkan untuk metode analitik yang akan dilakukan meliputi analisis komposisi maseral (vitrinit, liptinit dan inertinit), analisis indikator fasies lingkungan pengendapan. Pengambilan conto batubara dilakukan dengan metode ply by ply, sampling batubara dilakukan pada setiap segmen seam batubara yang berbasis pada genetik, mulai batas atas (top) dan batas bawah (bottom) dari dinding tambang batubara. Conto batubara yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari dinding tambang di daerah Ampelu, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi; dari hasil MS ini diperoleh 19 lapisan batubara dengan ketebalan berkisar 1-5 meter dengan kedalaman profil 12 meter, sedangkan untuk preparasi conto batubara dan analisis laboratorium dilaksanakan di kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Bandung (PUSLITBANG tekMIRA-Bandung). Hasil pengamatan lapangan pada profil MS terdiri atas perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan lapisan batubara, berdasarkan litostratigrafi batuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Muara Enim. Karakteristik batubara yang dijumpai secara umum berwarna hitam, kusam, gores coklat, keras, pecahan konkoidal, mengandung resin (getah damar) dan mineral. Hasil analisis komposisi maseral conto batubara menunjukan grup maseral vitrinit merupakan maseral yang paling dominan dengan total jumlah volume rata-rata mencapai 80.021%. Grup maseral liptinit memiliki jumlah volume rata-rata 1.715% dan grup maseral inertinit memiliki total jumlah volume rata-rata 15,442 %, serta mineral matter dengan total jumlah volume rata-rata 11.027% yang didominasi oleh mineral pirit (1.77%), lempung (0%), dan oksida besi (0%). Berdasarkan hal tersebut, maka mineral matter yang terkandung di batubara merupakan syngenetic mineral matter. Interpertasi fasies lingkungan pengendapan batubara Formasi Muara Enindi daerah penelitian, berdasarkan analisis komposisi maseral dengan menggunakan diagram (TPI dan GI). Berdasarkan hasil plotting parameter Tissue Preservation Index (TPI) dan Gelification Index (GI) pada diagram Dissel (1986); menunjukan lingkungan pengendapan (lingkungan telmatik). Hasil ploting parameter dari diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan dari batubara di daerah penelitian ini termasuk ke dalam lingkungan pengendapan hutan rawa limnotelmatik. Lingkungan limno-telmatik adalah lingkungan yang
berada pada daerah pasang surut ini menghasilkan gambut yang tidak terganggu dan tumbuh in situ.

Kata Kunci : fasies batubara, Formasi Muara Enim, maseral, lingkungan pengendapan


References


Komang, A., 1999, Diktat Kuliah Genesa Batubara, Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Cook, A.,C., 1982, The Origin and Petrology of Organic Matterin Coals, Oil Shalesand Petroleum Source Rocks, Wollongong: The University of Wollongong.

Novita, D. dan Kusumah, K.D., 2016, Karakteristik dan Lingkungan Pengendapan Batubara Formasi Warukin di Desa Kalumpang, Binuang, Kalimantan Selatan, G.S.M. Vol. 17 No. 3 Agustus 2016: hal. 139 – 152.

Dissel, C.F.K., 1992, On the Correlation Between Coal Facies and Depositional Environments, Proceeding of 20th Symposium of Department of Geology : University Newcastle.

Horne, J.C., 1978, Depositional Models in Coal Exploration and Mine Planning in Appalachian Region. American Association of Petroleum Geologists Bulletin, v. 62, 2379-2411p.

Kusnama, 2008, Fasies dan Lingkungan Pengendapan Formasi Bobong Berumur Jura sebagai Pembawa Lapisan Batubara di Taliabu, Kepulauan Sanana-Sula, Maluku Utara, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 3 September 2008: 161173.

Lamberson, M.N., Bustin, R.M., dan Kalkreuth, W., 1991, Lithotype

(Maceral) Composition and Variation as Correlated eith Paleo-Wetland

Environment, Gates Formation, Northeastern British Columbia, Canada. International Journal of Coal Geology, 18, p.87–124.

Sri, P.W. dan Fatimah, 2008, Fasies Batubara Formasi Warukin Daerah Sampit dan Sekitarnya, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 1 Maret 2008.

Rahmad, B., 2001, Sedimentologi dan Petrologi Batubara, Sangata Seam dan Middle. Kalimantan Timur, Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Rahmad, B, 2013, Pengembangan Model Genesa Batubara Muara Wahau, Kalimantan Timur, Berdasarkan Karakteristik Maseral, Geokimia Organik dan Isotop Karbon Stabil, Bandung : Institut Teknologi Bandung.




DOI: https://doi.org/10.31315/jigp.v8i2.9640

DOI (PDF (Bahasa Indonesia)): https://doi.org/10.31315/jigp.v8i2.9640.g5361

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA